Jakarta – Perkuat likuiditas ditengah melorotnya kinerja keuangan menjadi alasan bagi emiten konstruksi PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) berencana menerbitkan saham baru atau rights issue dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Perseroan berencana melakukan PMHMETD yang mencakup pemberian hak untuk membeli sebanyak-banyaknya 4 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp20 per saham. Saat ini, harga saham TOPS ada di level Rp550 per saham. Dengan asumsi harga itu, maka TOPS berpotensi menggalang dana hingga Rp2,2 triliun. Untuk aksi ini, perseroan akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 Desember 2019 dan akan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham pada RUPSLB.
PMHMETD akan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham pada RUPSLB dan pernyataan efektif dari OJK atas pernyataan pendaftaran perseroan sehubungan dengan PMHMETD. Pengaruh penerbitan PMHMETD ini terhadap kondisi keuangan perseroan adalah memperkuat modal kerja agar dapat menambah dan memperluas ruang lingkup tambahan kerja.
Selain itu aksi ini akan memberikan penambahan daya saing kepada perseroan terhadap industri yang sama, memperkuat modal dasar perseroan untuk pertumbuhan yang lebih baik. Kemudian juga menurunkan tingkat utang sehingga arus kas perseroan akan lebih dapat dimanfaatkan sebagai modal kerja.
Peningkatan modal ini juga akan memberikan dampak dilusi kepemilikan saham perseroan terhadap pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya. Kepemilikan saham para pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk mengambil bagian saham baru akan terkena dilusi atau penurunan persentasi sebanyak-banyaknya 10,72%. Adapun, dana yang diperoleh dari PMHMETD setelah dikurangi biaya emisi, akan dipergunakan untuk menurunkan tingkat utang dan memperkuat modal perseroan.
Di semester pertama 2019, perseroan membukukan pendapatan Rp 386,18 miliar atau turun 53,74% bila dibandingkan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp 834,94 miliar. Penurunan pendapatan juga diikuti penurunan beban pendapatan yang signifikan. Pada semester I 2018 tercatat Rp 668,94 miliar, kemudian turun 65,94% menjadi Rp 227,79 miliar pada semester I-2019. Sayangnya penurunan beban tersebut tidak mampu menahan penurunan laba tahun perjalan TOPS. Alhasil, laba tahun berjalan TOPS tercatat Rp 60,39 miliar alias turun 3,71% menjadi Rp 62,73 miliar.
Perseroan menjelaskan, penurunan pendapatan terutama karena banyaknya proyek yang sudah tidak dipegang oleh TOPS. Proyek tersebut antara lain dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, KSO Summarecon Serpong, Badan Pengembangan SDM Provinsi Jawa Barat. Lalu KSO Duta Regeny Karunia-Metropolitan Kuningan Properti, PT Nusantara Kirana Real Estate, PT Sinar Menara Deli, PT Realindo Sapta Optima, PT Cempaka Wenang Jaya, PT Pila Artha Mandiri, serta rumah susun sewa di Yogyakarta dan proyek dari Golkar
Komentar